SPH Lippo Village [Batik and Science Corner]

Hari - Pertama

SPH Lippo Village merupakan tempat pertama yang kami kunjungi didalam rangka Field Trip 2019. Kesan saya pertama kali saat mengunjungi SPH Lippo Village adalah biasa saja, karena nuansa dan suasana SPH Lippo Village berasa seperti yang terdapat di SPH Palembang.Foto bersama kelas 9 (Pak Danoe)

Sekolah Pelita Harapan merupakan sekolah SPH pertama yang didirikan pada tahun 1993. Pelita Harapan sendiri didirikan oleh dua pengusaha Indonesia, yang bernama Mr. Johanes Oentoro dan Mr. James Riady. SPH sendiri bekerjasama dengan Sekolah Dian Harapan dan Sekolah Lentera Harapan. Sekolah – sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas – fasilitas yang lengkap seperti gymnasiumI, kolam berenang, lapangan sepak bola, perpustakaan, laboratorium, fasilitas musik, dll. Sekolah SPH mendorong para muridnya untuk menampilkan keterampilkan keterampilan murid dalam bidang olahraga, kesenian dan berbagai bidang yang disukai oleh para murid (SPH, 2015).

Di SPH Lippo Village, kami melakukan dua kegiatan inti. Yang pertama adalah Batik Corner, lalu yang kedua adalah Science Centre. Batik Corner terletak di lantai bawah bangunan dengan suasana terbuka, dikarenakan lilin yang menjadi bahan dasar pembuatan batik mengeluarkan bau yang tidak nyaman saat dipanaskan untuk digunakan. Kami dibimbing oleh tiga guru SPH Lippo Village saat membuat batik. Mr Jo menjelaskan batik (Aldi)
Kami menggunakan celemek dan sarung tangan. Kami mendapatkan canting batik per orang untuk membuat batik di selembar kain. Pertama, kami diberi secarik kertas sebagai alas percobaan dalam pewarnaan lalu kami diberi kain sebagai alas melukis batik yang sebenarnya. Cara membuat batik cukup sederhana, pertama kita harus mengambil lilin cair yang dipanaskan menggunakan canting, pastikan lilin cair yang diambil tidak kebanyakan untuk menghindari resiko lilin cair menetes ke kain. Setelah mengambil lilin cair, kami harus memiringkan kain batik sebanyak 45 derajat sehingga kita melukis batik secara lurus dan mengurangi resiko lilin cair menetes ke kain.Lilin cair, bhan dasar pembuatanbatik (Kevin) Setelah 20 sampai 30 detik, kita harus menggangti lilin cair yang terdapat di dalam canting untuk mengurangi resiko lilin cair yang mengeras yang akan menghambat lilin cair untuk keluar.

Kami mengunjungi Science Centre untuk kegiatan kedua di SPH Lippo Village. Science Centre tersebut terletak di lantai kedua. Science Centre merupakan kumpulan karya murid yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler setelah sekolah.Salah satu guru SPH sedang menjelaskan projek siswa (Aldi) Beberapa inovasi murid tertata rapi per meja disana. Terdapat Band aid yang terbuat dari ekstrak rumput lautEkstrak Rumput Laut (Kevin) yang diolah secara bertahap menciptakan Band aid yang efektif dalam membunuh bakteri. Dari sekian banyaknya projek, partikel penyimpan energi cahaya merupakan projek favorit saya, karena partikel tersebut dapat dikembangkan menjadi alat utama penyimpan energi cahaya yang praktis. Cara kerja partikel tersebut pertama dipaparkan ke cahaya terbuka, partikel tersebut akan menyimpan energi cahaya dan memaparkannya, untuk menyimpan energi tersebut untuk dipakai lagi, kita harus mendinginkannya menggunakan cairan nitrogen. Sehingga jika ingin dipakai lagi, kita tinggal memanaskannya dan cahaya akan keluar dengan sendirinya.Siswa mendengarkan penjelasan Jason (Aldi)

Terdapat dua kesimpulan yang saya dapat ambil adalah Go Discovering dan God is Covering. Saat kami mengunjungi Batik Corner,Go Discovering mempunyai makna yaitu kita harus sering menjelajah keluar, dalam hal ini, kita harus menjelajah budaya kita sendiri seperti batik. Saat kami mengunjungi Science Corner makna Go Discovering memiliki makna untuk menjelajah dalam pembuatan inovasi terbaru yang dapat membantu orang lain dan terutama bagi negara. God is Covering mempunyai arti yaitu Tuhan selalu mempunyai cara untuk menjaga kebudayaan melalui sekolah SPH yang mempunyai ajaran pembuatan batik dan juga Tuhan menyertai para anak – anaknya dalam pembuatan projek atau inovasi yang dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Day – one

            SPH Lippo Village was the first place we visited during our grade 9 Field Trip. My first impression was normal because there are no much differences between SPH Lippo Village and SPH Palembang back there. Probably the huge size of the school itself became my interest towards SPH Lippo Village.

            Sekolah Pelita Harapan was the first SPH built in 1993. SPH itself was established by two Indonesian businessmen, which are Mr. Johannes Oentoro and Mr. James Riady. SPH itself cooperate with SDH or Sekolah Dian Harapan and SLH or Sekolah Lentera Harapan. These schools mostly equipped with lots of facilities, such as, gymnasium, swimming pool, basketball court, football court, soccer field, library, laboratory, music facilities, etc. SPH pushes students to perform or to show their abilities on sports, arts, and whatever sector they are in (SPH, 2015)

            At SPH Lippo Village, we did two main activities. The first one is Batik Corner, then Science Centre. Batik Corner located in the outdoor, lower ground of the school because the vapor of heated wax which will become the main materials in painting the Batik created a smell which may interrupt some of us. We were guided by three SPH Lippo Village teachers while making Batik. First of all, we were given a canting per person as a media to make the batik on the cloth. Then, we were given a piece of drawn paper as a place where we practice our skills on making Batik before we make the Batik on the cloth. The making of the Batik is not too complicated. First, we need to take the melted wax with canting, make sure to not fill your canting to the maximum capacity to reduce the risk of the wax dripping. Then, we need to tilt the cloth 45 degree so that when we are going to hold the canting straightly so that it won’t drip to the cloth. After about 20 or 30 seconds, we need to the change the melted wax so that it won’t harden the wax inside the canting and reduce the risk for it to block the canting funnel.

            We visited Science Centre for our second activity at SPH Lippo Village. The Science Centre located on the second floor of the building. Science Centre is a place where all of the innovated inventions of students were displayed. Some of the inventions were displayed neatly per table. First, there is an eco – friendly ban aid made of seaweed extracts which are processed in stages to create a band aid, effective enough to kill bacteria. Despite from lots of inventions, only one attracted my eyes, which is the light absorbing particle. It’s because the particle can be developed well enough to be a main practical light energy bank. It works by shining a light towards the particle, the particle will automatically absorbs the light shined and will emits a light. To save the particle for a distanced amount of time, we are needed to cool the particle with nitrogen. Warming up the particle, will make the particle emits the light energy saved.

            There are two conclusions we can take, which are Go Discovering and God is Covering. When we visited Batik Corner, Go Discovering means me need to step out and explore the world, especially our own culture like Batik. When we visited Science Centre, Go Discovering means we need to discover new inventions that may help others especially our own country. God is Covering means God always found a way to preserve our cultures trough SPH, such as Batik making lesson. Also, God always guide His child in making new inventions that help others and country.



I BUILT MY SITE FOR FREE USING